Saturday, August 19, 2017

TC Wanders Around: 72nd Independence Day of Indonesia

17th of August is Indonesia's Independence day. That means a whole day of celebration. Celebrating the day of proclamation. That day you'll see the festivity on every corner. And this year, I got a chance to spend it with the children from Bogor. It was a blast.

I departed from Jakarta at around 7 am, using train. There was not many people in that train so I can sit on the whole trip.

KRL Train at Sudirman Station

Upon arriving in Bogor, I got a bit of a trance. It was successfully bring back some old memories. About joy, misery, desire, regret, hope, and what not. Ah...what a bliss.

Bogor Rail Station

Children of Ceger
Back to the main story, I walked out of the station and walked some more to the Balaikota. I took an angkot number 23/8A and it didn't take much time for me to arrive at Ceger, a neighborhood where the community I'm involved in, Wabe Project, has been working for the past two years. That day, they also held an event. Prepared many games and prizes for the kids and people there. On this small field, all those games are gonna be played. And I'm excited. Really excited to see everything.


At around 10 AM, the event started. It started with a coloring competition. I saw the picture they need to do. It was hard. :D


And followed after that the typical games of Independence Day that involving marbles, bottles, gunnysack, and balloons. Although I've seen it every year, it's still felt ecstatic to see those games being played.


In the late afternoon, everything ends with a small ceremony for prizes. And of course....tons of snapping pictures.


P.S: I'm currently mash-up-ing some footage from that day. Looking forward to it. But I'm a very moody editor so I'm not sure when it will be finished. hopefully sooner, though. Ciao! :D

TC Good Tunes: 10 Tahun Menginspirasi, Terima Kasih Banyak Efek Rumah Kaca!

DISCLAIMER: This post will be written mostly in Indonesian. So if you don't understand it, you better prepare a translator. :D

Di Senin sore (24/7), my friend Pricil (@pforpatience) ngirim sebuah foto yang bikin gw deg-deg ser (enggak..bukan fotonya Kim Domingo), tapi foto..yang menjatakan bahwa..salah satu band favorit gw ngadain konser dadakan tiba-tiba suddenly.

*jerit histerius (histeris-misterius)

Berikut adalah foto yang dimaksud:


Yaa, benar! Efek Rumah Kaca. Konser di deket kantor. Lima puluh ribu saja. Open Gate jam empat sore. Hari kerja. Tanggal tua. Cuma 2000 tiket.

*jerit histerius (histeris-misterius)

Dua hari dihabiskan dengan mengeluarkan usaha maksimal untuk mencari massa menghadiri hajatan eksklusif ini (baca: cuma post di IG story dan di Whatsapp story), lalu sampailah kita pada hari yang dinanti.

Rabu, dua puluh enam Juli dua ribu tujuh belas. Sempat gamang ya-nggak-ya-nggak buat datang, namun tepat pada pukul sebelas lima puluh tiga menit siang, saya memutuskan untuk...nge-mall dan membeli Micro SD 32 GB guna mengabadikan aksi ciamik om Cholil dkk menapaki nada-nada.

Jadwal Open Gate mulai pukul empat sore. Namun apa daya sebagai karyawan teladan, diri ini baru bisa beranjak setelah pukul lima. 

Langit yang mulai menjingga membuat gw mulai gelisah, sedikit-sedikit liat jam tangan, dan berceletuk dalam hati, "sudah waktunya kah untuk angkat kaki?"

Pukul lima lebih sedikit, akhirnya gw cabut...

...cabut charger HP.

Pukul lima lewat sedikit lagi, gw ke meja @pforpatience, berdebat sedikit perihal ketersediaan tiket yang terbatas, lalu lintas yang padat, dan satu jam yang hilang dari jadwal open gate. Namun gw bilang bahwa gw tetap akan datang dan mencoba peruntungan mendapatkan selembar tiket tersebut.

Akhirnya @pforpatience luluh juga dan memutuskan untuk ikut dalam perjalanan ke timur mencari tiket suci kali ini.

Pukul lima dua puluh, kita melewati jembatan penyebrangan dan menyaksikan padatnya lalu lintas ke arah venue.

Pukul enam kurang lima, kita sampai di venue. Bergegas ke lt. 3 dan sigap menunjukan dua jari pada penjaja tiket.

Pukul tujuh tiga puluh malam, ballroom dibuka dan ruangan tampak padat merayap.

Pukul sudah-gak-aware-waktu-lagi, para personel naik panggung, berdialog sebentar kemudian menyambut tamu pertama malam itu, Iga Massardi dari Bara Suara, yang kemudian memainkan intro dari lagu yang dia sesalkan bukan miliknya --> Kau Dan Aku Menuju Ruang Hampa.

*video*

Ruangan itu tak henti terisi. Panggung yang terlalu rendah menyulitkan mata-mata yang terlalu jauh darinya untuk merekam momen lebih jelas. Memaksa mereka untuk berseru, 

"duduk! duduk!"

Namun apalah daya, genre yang Efek Rumah Kaca usung akan sulit dinikmati tanpa berjingkrak-jingkrak. Satu persatu bait-bait menggema di ruangan, membius mata-mata lapar akan suguhan musik berkualitas.

Secara garis beras...I mean, besar, pertunjukan ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama diisi dengan lagu-lagu dari Sinestesia yang sahut-menyahut dan...jujur-saja...baru didengar seluruhnya dua hari terakhir ini.

Sesi kedua diisi dengan kenangan.

Pada saat break setelah sesi pertama, sebuah film diputar untuk mengawali sesi kenangan. Film tentang asal mula band ini dirintis. Film tentang lagu pertama diproses. Film tentang inspirasi dilahirkan.

Sesi kedua dimulai dengan mengajak satu per satu figur-figur penting yang mengiringi perjalanan Efek Rumah Kaca 10 tahun terakhir ini ke atas panggung dan menyampaikan cerita mereka lalu menyebutkan satu per satu lagu yang akan dimainkan.

Sungguh khidmat.

Salah satu yang paling berkesan adalah lagu Di Udara video berikut:




Waktu bergulir cepat, tak terasa hari telah berganti.
Lima jam penuh arti.
Akan disimpan rapi dalam memori
...dan di hati.

P.S: Sudah lama sekali gak nulis dengan gaya bahasa seperti ini. Agak geli-geli gimana gitu bacanya. :D